Banyak yang menyarankan untuk menghindari duplicate content, meskipun ada juga yang tidak peduli dengan hal itu. Duplicate content tentu erat hubungannya dengan yang sering kita sebut copas, copy paste.
Untuk  beberapa blogger, menulis bukanlah hal yang sulit. Hanya berbekal  komputer dan segelas kopi panas, beberapa tulisan dapat dihasilkan.  Tetapi tidak sedikit yang gagal menulis untuk blognya. Jangankan untuk  update setiap hari, seminggu sekali saja membutuhkan usaha ekstra keras  membuat sebuah tulisan yang layak dibaca oleh orang lain.
Karena sulitnya menulis itulah, praktek copy paste yang menghasilkan duplicate content  menjadi marak di dunia maya. Mudahnya cara mendapatkan tulisan dalam  tiga langkah praktis: mencari dengan kata kunci tertentu di search  engine, mengkopi, dan ‘memastenya’ [entah kata tersebut tepat atau  tidak, hehe..] di halaman blog, menjadikan duplicate content menjadi sulit dihindari.
Kita  tidak bisa setiap saat memantau, apakah tulisan kita ‘dicuri’ atau  tidak oleh orang lain, meski ada alat yang dapat mendeteksinya seperti  di website copyscape. Praktek menggandakan sesuatu adalah hal yang sudah  dianggap wajar di negara kita, padahal hak cipta [katanya] dilindungi  oleh Undang-Undang.
Duplicate content menjadi sebuah hal  yang mengkhawatirkan, karena beberapa menyatakan bahwa mesin pencari  tidak menyukai hal tersebut. Mereka tidak mau menampilkan hasil  pencarian dimana keseluruhan halaman adalah tulisan yang sama. Mereka  mau memberikan informasi yang berguna bagi pencarinya.
Lantas,  bagaimana jika tulisan kita ternyata ada yang mengkopasnya? Mesin  pencari konon mampu membedakan mana tulisan yang asli dan mana yang  tukang kopinya. Mereka memiliki rekaman halaman mana yang terlebih  dahulu mereka indeks, sehingga yang ‘belakangan’ membuatnya dianggap  sebagai halaman tiruannya, duplicate content. Halaman duplicate content memiliki kemungkinan untuk tidak diindeks oleh mesin pencari.
Untuk yang kontra dengan duplicate content, mereka menyarankan menghindari sejauh-jauhnya praktek kopi paste tulisan orang lain.
Tentu saja ada yang pro dengan duplicate content.  Mereka tidak terlalu khawatir jika tulisannya disebarkan kembali oleh  orang lain. Biasanya dengan syarat memberikan link kepada sumbernya.
Saya  sendiri berada pada dua posisi. Tidak ingin tulisan saya diambil  sembarangan oleh orang lain. Tetapi juga tidak terlalu khawatir jika ada  yang menggunakan tulisan saya di blog mereka. Beberapa blogger bahkan  malah menambahkan fasilitas semacam fungsi ‘kopi paste’ jika ingin  menggunakan tulisannya pada blog lain. Tentu disertai dengan credit  link.
Sebutan pro pada duplicate content dalam diri saya  di satu sisi mungkin agak kurang tepat, artinya, saya menyarankan  sebaiknya menghindari mengkopi paste tulisan milik orang lain, tetapi  jika memang ada yang mau menggunakan tulisan saya pada blog Anda, saya  mempersilahkannya selama memberikan link kepada isnuansa.com. Dengan  demikian tetap mengakui saya sebagai penulis aslinya. Untuk search engine, saya percaya bahwa mereka pintar membedakan mana yang asli dan mana yang mengkopi.
Toh,  sebagai pemilik tulisan yang asli, kita tidak bisa menghindari tulisan  kita diambil oleh orang lain [Bisa sih, dengan menggunakan plugin/alat  anti kopi paste, tetapi saya belum tahu caranya]. Biarlah search engine  yang menentukan hasilnya. Meski saya agak khawatir juga karena pernah  membaca sebuah tulisan hasil kopi paste posisinya di search engine lebih  unggul daripada website aslinya.
Pilihan ada di tangan Anda, jika  tidak mau tulisannya dikopi semena-mena oleh orang lain, coba temukan  tukang paste tersebut dan melaporkannya pada search engine dengan  fasilitas report as spam. Mudah bukan?

 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar