Pernah seseorang datang kepada saya, menawari saya untuk berinvestasi  di sebuah usaha. Kalau dihitung, setahun bisa dapat 20% lebih banyak  dari modal yang saya setorkan pertama kali. Penawaran ini sangat menarik  karena jauh di atas nilai inflasi, apalagi suku bunga bank. Tidak perlu  lama berpikir, maka saya pun setor modal. Yang nominalnya mencapai  tujuh digit dalam rupiah
Suatu waktu ada permohonan bantuan yang datang kepada saya. Tentang  anak sekolah yang butuh bantuan untuk membayar biaya sekolahnya yang  lama menunggak. Saya perlu waktu lama untuk menentukan, akan menyumbang  ataukah tidak. Kalau tidak, tentu saya harus membuat alasan yang kuat  sehingga terasa wajar bahwa saya memang layak untuk tidak membantu.  Akhirnya, saya menyumbang. Tapi dalam angka yang jauh lebih rendah dari  apa yang saya alokasikan untuk usaha, pada kasus sebelumnya.
Saya tahu bahwa yang namanya infaq, shodaqoh, zakat atau apapun itu  sudah dijanjikan ganjaran yang luar biasa banyaknya. Sudah dipastikan.  Bisa sepuluh kali lipat. Tujuh puluh kali lipat. Tujuh ratus. Bahkan  sampai tidak terhingga. Dibandingkan dengan kelebihan 20% dan  ketidakpastiannya, pada kenyataannya saya memilih mengeluarkan lebih  banyak untuk balasan yang lebih sedikit dengan tingkat pengembalian yang  belum terjamin. Saya lebih percaya rekan kerja saya daripada Tuhan saya  sendiri. Semoga hanya saya. Anda tidak.

 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar