Senin, 21 November 2011

Percaya Siapa?

Pernah seseorang datang kepada saya, menawari saya untuk berinvestasi di sebuah usaha. Kalau dihitung, setahun bisa dapat 20% lebih banyak dari modal yang saya setorkan pertama kali. Penawaran ini sangat menarik karena jauh di atas nilai inflasi, apalagi suku bunga bank. Tidak perlu lama berpikir, maka saya pun setor modal. Yang nominalnya mencapai tujuh digit dalam rupiah
Suatu waktu ada permohonan bantuan yang datang kepada saya. Tentang anak sekolah yang butuh bantuan untuk membayar biaya sekolahnya yang lama menunggak. Saya perlu waktu lama untuk menentukan, akan menyumbang ataukah tidak. Kalau tidak, tentu saya harus membuat alasan yang kuat sehingga terasa wajar bahwa saya memang layak untuk tidak membantu. Akhirnya, saya menyumbang. Tapi dalam angka yang jauh lebih rendah dari apa yang saya alokasikan untuk usaha, pada kasus sebelumnya.
Saya tahu bahwa yang namanya infaq, shodaqoh, zakat atau apapun itu sudah dijanjikan ganjaran yang luar biasa banyaknya. Sudah dipastikan. Bisa sepuluh kali lipat. Tujuh puluh kali lipat. Tujuh ratus. Bahkan sampai tidak terhingga. Dibandingkan dengan kelebihan 20% dan ketidakpastiannya, pada kenyataannya saya memilih mengeluarkan lebih banyak untuk balasan yang lebih sedikit dengan tingkat pengembalian yang belum terjamin. Saya lebih percaya rekan kerja saya daripada Tuhan saya sendiri. Semoga hanya saya. Anda tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar