Senin, 21 November 2011

Harga Perbedaan

Banyak orang mempermasalahkan, betapa tidak enaknya ada perbedaan. Karena berbeda, maka kita bisa saling iri, gengsi, nge-gang, bermusuhan. Bukan hanya tentang sikap, tapi juga kata, pilihan pemilu, klub sepakbola, atau model sepatu dan rambut. Tak hanya antarteman, ekses berbeda ini sangat mungkin menjangkiti keluarga, saudara seayah atau seibu, atasan bawahan, atau siapapun juga.

Pekan kemarin, saya menemukan suatu pesan unik tentang menyikapi perbedaan. Pelajaran ini disampaikan lewat film “3 hati, dua dunia, satu cinta”. Sinema garapan Benni Setiawan ini, berkisah tentang jalinan asmara sepasang anak manusia berbeda agama. Antara Rosid , seorang perjaka Arab-Betawi muslim dengan Delia, seorang gadis Manado katolik. Namun demikian, ternyata perbedaan dalam keyakinan itu tak seindah dan semudah yang dibayangkan keduanya. Lantaran, jalinan cinta berbeda agama itu ternyata mendapat tantangan kuat dari pihak keluarga masing-masing.
Keduanya tetap bersikukuh mempertahankan hubungan itu, meskipun orang tua Rosid melamarkan untuknya seorang gadis muslim, teman bapaknya. Rosid pun kabur dari rumah. Demikian juga dengan Delia. Ia rela menolak untuk bersekolah di Amerika, karena tawaran itu datang untuk menjauhkan hubungannya dengan Rosid. Kedua orang tuanya frustasi, kehabisan akal. Dan akhirnya mereka mempersilakan anaknya untuk memilih apapun yang terbaik bagi mereka.
Kesudahan dari cerita ini sangat menyentuh. Keduanya akhirnya memutuskan untuk mengakhiri kisah cintanya. Kalimat menarik yang keluar dari Delia, “buat apa kita bahagia, kalau orang-orang yang kita cintai menderita?”. Mungkin ironi. Tapi, mereka telah menjatuhkan pilihan atas “perbedaan” mereka.
Memang ada harga yang harus dibayar atas perbedaan. Harga itu tergantung dari cara pandang kita, dari ilmu kita, dari lingkungan kita. Kadang kita harus membayarnya dengan harga mahal. Ada kalanya, kita bisa mengkompromikannya. Tapi, tetap. Selalu ada harganya. Bukan hanya tentang perbedaan. Tapi, setiap pilihan dalam keseharian kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar