Rabu, 04 Januari 2012

Keriting Abad Ini



            Li-El dan Mama sedang istirahat setelah main basket di halaman belakang. Li-El memandang Mama lekat-lekat. “Hightlight Mam baru?”
            “Nggak,” Mama menggeleng. ”Ah, pasti Mama mengedip-ngedipkan matanya dengan lucu”.
            Li-El memperhatikan Mama lebih tekun. Tetap saja ia tidak menemukan perubahan Mama. Mama jadi tak sabar.
            Mereka kembali main basket. Li-El masih saja memikirkan apa yang berubah pada Mama. Dia jadi tak berkonsentrasi. Akibatnya, Mama jadi mudah mencetak angka. Padahal ring basket mereka berbeda. Ring basket Mama tingginya seperti ring basket biasa. Milik Li-El lebih rendah dari milik Mama.
            Tapi, Li-El tak perlu lama-lama penasaran soal perubahan Mama. Mulanya karena tawa heboh dari ruang tamu. Li-El buru-buru kesana. Tante Lena dan Tante Felly, tetangga sebelah, sedang tertawa terbahak-bahak. Sementara, Mama terlihat cemberut.
            Sepertinya Tante Felly tak peduli pada kekesalan Mama. Sambil senyum-senyum dia justru berkata,”Lihat bulu mata Mama cantik sekali, kan?”
            Li-El terbelak. Bulu mata Mama biasanya lentik. Tapi, saat itu terlihat aneh. Mencuat ke sana ke sini. Li-El terbahak-bahak.”Ortu teman-teman Li-El pasti kagum dengan model bulu mata Mama ini,”goda Li-El geli.
Mama menepuk dahinya.”Ah, iya!Besok pertemuan orang tua murid di sekolahmu. Bagaimana nih?”
“Tenang!” ujar tante Lena geli. “ini kesempatan jadi orang tua murid populer di sekolah!”
Sampai malam Mama masih kebingungan.”Aduh, Mama sok tahu, sih! Tadi Mama ditanya, ingin menjepit bulu mata sendiri atau dijepitkan. Mama menjepit sendiri. Jadi, kacau begini, deh!”
 Baru sekali ini Mama mengeriting bulu mata, tapi malah sok tahu begitu. Li-El memandang Mama masih kebingungan. “Yahh,…tidak apa-apa sekali-kali tampil beda. Siapa tahu bisa jadi mode, keriting abad ini,”ledek Li-El sambil tertawa, lalu pergi. Mama mengeluh kesal di belakangnya.
Li-El tidak menyangka kalau esok paginya, ganti dia kebingungan. Saat bercermin waktu bangun tidur, Li-El hampir memekik. Ujung hidungnya merah! Mungkin digigt semut waktu dia tidur.
Ah iya! Kemarin Li-El lupa mengembalikan sisa kue ke dapur. Pasti itu yang mengundang banyak semut ke kamarnya. Salah satunya pasti ada yang menggigit ujung hidungnya dengan sukses.
Kalau Li-El mengadu pada Mama,…uuuh, Mama pasti meledeknya. Tapi, akhirnya, Mama tahu saat sedang sarapan.
“Yaaahh,… tidak apa-apa! Sekali-kali tampil beda. Siapa tahu bisa jadi mode. Hidung merah pembawa keberuntungan,” ledek Mama, menirukan Kata-kata Li-El. Membuat Li-El makin kesal.


Mama mengajak Li-El bercermin di kaca spion tengah mobil mereka, saat akan mangantar Li-El ke sekolah. “Jadi, siapa yang lebih cantik, Li-El atau Mama?” goda Mama. Rupanya Mama belum puas menggoda Li-El.
Li-El ngambek di mobil. Tapi, diam-diam memperhatikan Mama. Keriting aneh di bulu matanya pasti merupakan bencana besar. Namun, seprtinya pagi ini Mama tak ambil pusing lagi.
“Mama akan meluruskan keriting Mama hari ini?” Tanya Li-El penasaran.
Mama tertawa. “Buat apa? Keriting aneh ini asyik, kok. Lagipula, ini kan hanya sebagian kecil dari wajah kita.”
Wow, jawaban yang tidak terduga. Tapi, berkat kata-kata Mama, Li-El jadi lebih santai waktu diledek teman-temannya di kelas.
“Rupanya hari ini kelas kita kedatangan badut, nih!” ledek Andi, si jail di kelas begitu melihat wajah Li-El.
Beberapa anak lain juga menggodanya. Kadang-kadang Li-El memang kesal. Tapi, lama-lama dia cuek. Akhirnya, teman-temannya bosan sendiri.
“Bagaimana hari ini?” Tanya Mama sore itu.
“Sukses!” jawab Li-El tenang.
“Sukses?” Mama mengerutkan kening.
“Untuk apa rebut-ribut hanya karena sebagian kecil dari wajah kita?” Li-El tertawa.
Mama ikut tertawa. Dua hari ini mereka bergantian menirukan kata-kata masing-masing. Mama menirukan kata-kata Li-El. Li-El meniru kata-kata Mama.
“Benar kata Li-El. Tadi ibu teman-temanmu tertawa. Asyik juga, Mama jadi lebih terkenal. Mungkin Mama akan mendapat award,” ujar Mama senang.
Li-El dan Mama mersa senang, lalu tertawa heboh. Bersama Mama, melewati hal-hal menyebalkan jadi terasa asyik.
Hari ini, Li-El belajar banyak hal dari Mama cara mengatasi cemas dengan satu jerawat kecil di dahinya. Tapi kali ini, Mama tidak peduli pada tiga jerawat besar yang menghias pipinya. Saat ingin peduli, Mama peduli. Saat ingin cuek, Mama berhasil cuek. Karena itu, hari-hari Mama selalu asik!!!!